Pengantar Ilmu Pertanian -- Vertikultur Solusi Pertanian Lahan Sempit

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida berasal dari bahan organik non kimiawi.  Sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan sangatterbatas. Kelebihan sistem pertanian vertikultur: (1) Efisiensi dalam penggunaan lahan. (2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida. (3) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu. (4) Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman. Namun demikian, sistem budidaya vertikultur juga memiliki kelemahan, yaitu: (1) Investasi awal cukup tinggi. (2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya), b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan c) tanaman obat-obatan yang sekulen.
Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman organik secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur. (2) Penyiapan dan penggunaan pupuk organik. (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pada tulisan ini akan dipaparkan ketiga aspek tersebut secara singkat dan jelas.

BAB II
ISI
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat.
PENGERTIAN VERTIKULTUR
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Banyak sedikitnya tanaman yang akan kita budidayakan bergantung pada model wadah yang kita gunakan.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah.
Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias.
BUDIDAYA TANAMAN SECARA VERTIKULTUR
Untuk memulai budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak perlu direpotkan dengan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya yang besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang baik bagi tanaman. Namun terkadang kita ingin hasilnya nanti tidak hanya berupa panen tapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan struktur bangunan/wadah tanam tahan lama. Untuk alasan-alasan itu
maka cara berikut ini dapat dipakai.
Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- gergaji/parang - palu - paku - tang
- gunting - cangkul - sekop - gembor
- kayu
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- pralon, bambu, talang, atau papan - kaso
- reng - plastik bening
- pupuk kandang - tanah gembur
- sekam, serutan, atau gergaji kayu - kotak semai untuk benih
Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung lahan yang kita miliki. Kalau kita ingin membuat, sebaiknya diserahkan tukang kayu, karena biasanya begitu melihat gambar, mereka sudah bisa memperkirakan ukurannya sesuai dengan keinginan kita.
Untuk kesempatan kali ini, secara khusus akan dijelaskan wadah tanaman dan pralon bulat dengan posisi berdiri. Wadah ini bisa diletakkan di mana saja asal kena sinar matahari. Bisa untuk menanam sayur, tanaman hias ataupun anggrek. Wadah ini sangat cocok untuk lahan yang sangat terbatas dan apabila pandai mengaturnya bisa menjadi satu karya seni yang indah.
Di toko material biasa dijual pralon batangan. Setiap batang berdiameter 4 (empat) meter. Belilah pralon yang tidak terlalu tebal. Siapkan gergaji besi, penggaris atau meteran, lampu teplok, kayu bulat, dan sarung tangan. Untuk mempermndah bisa juga ditambahkan cat dengan warna sesuai selera.
Cara Pembuatannya:
- Ukur terlebih dulu jarak lubangnya, misalnya 10 sampai dengan 15 cm.
- Tandai silang dengan pensil sepanjang 10 cm.
- Dari batas 10 cm tersebut ukur naik 10 cm.
- Lakukan seterusnya sehingga sampai ujung pralon.
- Gergajilah setiap tanda silang dengan lebar 10 cm.
- Siapkan lampu teplok.
- Pralon yang sudah digergaji dipanaskan dengan lampu teplok.
- Bila sudah agak lembek, cepat tekan ke dalam dengan besi atau kayu bulat.
- Bagian atas ditekan ke dalam untuk menahan tanah / akar tanaman.
- Bagian bawah ditekan keluar.
- Agar bisa berdiri tegak, bagian bawah bisa di cor permanen atau bisa pula diberi pemberat semen dengan wadah kaleng atau pot.
Setelah lubang tanam selesai dibuat, siapkan gembur, pasir, dan kompos dengan ukuran 1 : 1 : 1 dan bisa ditambahkan pupuk urea. Biarkan selama lebih kurang 1 minggu dengan setiap kali disiram air dari lubang atas.
Pada dasarnya semua tanaman bisa ditanam wadah pralon. Namun, sebaiknya hal itu dilakukan untuk tanaman yang tingginya kurang dari satu meter. Untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dan banyak sinar matahari, bisa ditanam di lubang atas dan perlu banyak air di bagian bawah. Misalnya di bagian atas cabai, di tengah seledri, dan bawah ginsen atau katuk.
Kita harus pula sering menambahkan kompos atau tanah gembur di setiap lubang apabila media tanahnya berkurang. Apabila Anda punya sisa-sisa pralon bekas membangun rumah, jangan dibuang. Itu bisa dijadikan menjadi wadah tanam yang indah dan unik.
Selain pembuatan lubang pralon seperti di atas bisa juga pralon dibuat lubang bulat-bulat kecil dengan cara dibor mengelilingi pralon. Untuk model ini sebaiknya menggunakan media yang ringan seperti sekam atau serutan yang sudah steril.
Untuk menciptakan sawah atau kebun mini, selain pralon berdiri bisa juga menggunakan sarana talang yang dibuatkan silangan kayu untuk meletakkan pralon tersebut. Kita bisa pula mengkombinasikan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Bisa pula merancang pagar rumah menjadi pot memanjang atau membuat pot-pot menempel di tembok. Apabila dana belum mencukupi untuk membuat cor beton, kita bisa pula bercocok tanam di atas genting.
Pandai-pandailah memanfaatkan lahan di pekarangan / halaman kita untuk berbagai tanaman produktif atau tanaman obat. Di rumah yang sudah tak ada tanah kosong karena dipenuhi bangunan, atap kamar dan pagar rumah serta lokasi di atas got dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Mulai dari tanaman sayuran, tanaman obat sampai ke tanaman buah-buahan bisa dimiliki. Di atas kamar, setengah lahan dapat diletakkan pralon berdiri dan talang-talang air yang dibuat bersusun untuk tanaman sayuran. Setengahnya lagi dipakai untuk meletakkan tanaman buah dengan model bersusun. Semuanya bisa tumbuh subur bersamaan kalau kita telaten merawat dan memberikan kasih sayang.

PEMELIHARAAN TANAMAN
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
A. Pemupukan
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4) atau simbal.
Ir. Joko Purnomosidi dari Dinas Pertanian DKI Jaya menyarankan agar buah tidak mudah rontok sebaiknya menggunakan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL sebaiknya setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Kalau kita mau irit/berhemat, kita bisa membuatnya sendiri. Limbah dapur atau daun-daun kering bisa kita manfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi (lihat artikel resep bokashi).
Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Pupuk Bokashi sangat benguna sebagai sumber pupuk organik yang siap pakai dalam waktu singkat. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan sekaligus baik untuk kebersihan lingkungan karena memanfaatkan limbah pertanian atau limbah rumah tangga, seperti jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam, dan serbuk gergaji.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk buatan kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Dewasa ini di swalayan-swalayan banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak berbau, dan steril. Dewasa ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yakni yang menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami. Meski lebih mahal tetap dibeli karena dirasa lebih aman dikonsumsi untuk kesehatan.

B. Pengendalian Hama
Saat ini banyak dijual racun pestisida yang menggunakan bahan kimia. Sayuran yang penampilannya tampak cantik, segar dan bersih kadang kala malah berbahaya untuk dikonsumsi, karena banyak menggunakan pestisida kimia. lni bisa membahayakan kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan apabila kita terpaksa menggunakan bahan kimia harus benar-benar selektif agar tanaman yang kita usahakan tidak tercemar. Sebaiknya dua minggu sebelum masa panen jangan menggunakan obat/racun pestisida.
Ada satu masukan dari Suku Dinas Pertanian Jakarta Utara, yakni Bp. Memed Achmad, ahli pengendali hama penyakit tanaman. Untuk berkebun di rumah sebaiknya jangan menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Dalam praktik, penulis menggunakan furadan enam bulan sekali atau kalau benar-benar terpaksa sekali untuk tanaman keras saja, seperti belimbing, jeruk, mangga, dan jambu air. Apabila kita menyebarkan furadan di sekitar tanaman, maka cacing, lipan atau uret yang ada di dalam tanah akan muncul ke permukaan dan mati. Bangkai-bangkainya jangan dibuang, namun kubur saja di sekitar tanaman karena bisa menjadi pupuk. Hasilnya ternyata belimbing dan jeruk saya berbuah lebat.
PEMANENAN DAN PASCA PANEN
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, slada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan kita bisa panen berulang-ulang.
Selain tanaman sayuran dan obat-obatan, tanaman buah-buahan juga bisa ditanam secara vertikultur dengan wadah pot atau drum bekas dan rnenggunakan tangga berjenjang.
Secara teori tanaman buah yang disusun secara vertikultur tidak bisa menghasilkan buah yang maksimal. Untuk pasca panen kita bisa membuat aneka macam minuman, sirup dan selai. Apabila kita menanam tomat, selain bisa dibuat saus tomat, juga bisa dibuat minuman sari buah. Bila tomat dicampur belimbing, jadilah sari buah tobing (tomat dan belimbing) yang bergizi tinggi, juga sebagal obat penurun darah tinggi dan penurun kolestrol.
Belimbing wuluh yang sering terbuang-buang bila sedang berbuah lebat bisa kita buat manisan atau sirop segar. Beberapa kelompok tani di Jakarta yang sebagian besar anggotanya ibu-ibu rumah tangga, banyak yang berhasil membuat produksi pasca panen.
Ada pula yang berhasil memproduksi kapsul-kapsul tanaman obat dan kebun sendiri dan masyarakat di sekitarnya banyak yang terbantu dengan obat tradisional yang murah dan mujarab. Buah makuto dewo yang penampilannya seperti jambu bol dan buahnya nempel di pohon, kalau matang berwarna merah tua awalnya tidak diperhatikan, bahkan dibuang-buang karena tidak enak dimakan. Kini orang mulai memburu buah tersebut.
Kelemahan petani di daerah adalah penyimpanan dan pengolahan hasil pascapanen. Seringkali pula mereka tidak melihat dan mempertimbangkan pemasarannya. Juga petani sering ikut-ikutan. Begitu harga cabai mahal, semuanya menanam cabai. Akibatnya, hasil panen melimpah, harga anjlok dan petani merugi. Sebelum menanam sesuatu sebaiknya dipertimbangkan dulu situasi pasar. Untuk petani yang sukses, langkah mereka justru mencari pasarnya terlebih dulu baru menanam apa yang dibutuhkan pasar.
Upaya lain agar hasil Pasca Panen punya nilai lebih dan tahan lama hendaknya dilakukan pengolahan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai lebih. Kelompok Wanita Tani Bunga Lili memanfaatkan buah-buah musiman untuk dijadikan sirup yang bisa bertahan kurang lebih 3 (tiga) bulan, juga sirup berkhasiat obat yang mulai digemari masyarakat. Bahan-bahannya memanfaatkan hasil panen petani yang dijual sangat murah, seperti jahe, sereh, daun pandan, daun jeruk dan lain-lain.
Kelebihan Vertikultur
Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1) Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional,
(2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3) Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
(5) Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman,
(6) Adanya atap plastik memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Kekurangan Vertikultur
Namun dalam prakteknya sistem pertanian vertikultur terdapat kekurangan. Kekurangan sistem pertanian vertikultur:
(1) Investasi awal cukup tinggi.
(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.
(3) memerlukan keterampilan khusus
(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikultura
(5) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari ulasan yang telah dijabarkan diatas, dapat ditarik kesimpulan diantaranya :
a. Pengembangan budidaya secara vertikultur merupakan salah satu alternatif pengembanagan pertanian di perkotaan
b. Vertikultur dapat dimanfaatkan pada lahan sempit yang tidak produktif
c. Budidaya secara vertikultur dapat menambah nilai estetika lahan pekarangan.
d. Vertikultur dapat menambah pendapatan petani
e. Vertikultur dapat meningkatkan produktifitas pertanian khususnya hortikultura.
f. Vertikultur dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan ramah lingkungan.
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya
a) Tanaman sayur semusim (sawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),
b) Tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan
c) Tanaman obat-obatan yang sekulen.
Bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep organik, tentu hasilnya akan berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
http:/www.agricultureonline.budidaya-tanaman-secara-vertikultur.com
( Diakses pada tanggal 17 November, jam 17.00 WIB)
bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id
(Diakses pada tanggal 17 november, jam 17.30 WIB).
http: /www.sinartani.com (Diakses pada tanggal 17 November, jam 18.00 WIB)



No comments:

Post a Comment