Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo
Posted by Ekoprastyo on September 13, 2009
Satu Hektare Lahan Bisa Hasilkan 16 Ton Gabah
Warga Banyuwangi patut berbangga. Salah seorang warganya, Sutikno Effendi, menemukan sembilan varietas unggul padi. Temuan ini patut diapresiasi bersama karena bisa membantu petani menaikkan produksi gabah.
Apa yang dilakukan oleh Sutikno Effendi, anggota Kelompok Tani Yudomulyo, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo ini cukup luar biasa. Pria berusia 48 tahun itu berhasil menemukan sembilan macam bibit padi unggulan hasil perkawinan silang yang bisa menghasilkan panen beberapa kali lipat dibanding bibit padi konvensional.
Karya besar Sutikno ini terinspirasi oleh kualitas padi kelas impor seperti jenis hibrida yang bisa menghasilkan panen dua kali lipat dibanding bibit padi lokal, pada 2003. Dari sana, Sutikno terus berpikir keras mencari jawaban.
Sambil terus merenung, bapak tiga anak, itu terus mencoba menemukan jawaban, mengapa bibit padi dari luar negeri selalu lebih bagus dibanding bibit lokal. Padahal di sisi lain, dia yakin bahwa sebenarnya para petani di Indonesia, tidak kalah cerdas dan tidak kalah kreatif dibanding dengan para petani dari luar negeri.
Pada 2003, suami Yurmaini itu akhirnya mulai menemukan jawabannya. Saat itu, dia berpikir bahwa tanaman holtikultura atau sayur mayur bisa berproduksi secara berlipat ketika dikawinkan secara silang. ”Contohnya kacang panjang, kalau dikawinkan silang maka menghasilkan buah yang bagus. Begitu juga dengan holtikultura lainnya,” tutur sarjana pendidikan tersebut.
Berawal dari pemikiran tersebut, Sutikno mencoba menyamakan praktik kawin silang tanaman holtikultura itu dengan tanaman padi. Awalnya, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi lokal, yaitu jenis IR dan Ceheran.
Ternyata luar biasa, percobaan tersebut bisa menghasilkan panen padi berlipat dibanding pada umumnya. Bibit padi hasil perkawinan silang tersebut ternyata memiliki banyak keunggulan. Satu malai (baca: tangkai) anaman bisa menghasilkan 450 sampai 700 butir padi. Padahal biasanya, satu malai padi hanya bisa menghasilkan 170 sampai 200 butir padi.
Bukan hanya itu, yang cukup membanggakan, bibit hasil perkawinan silang tanaman padi tersebut, ternyata umurnya lebih cepat dibanding bibit padi pada umumnya. ”Umumnya tanaman padi berumur di atas seratus hari baru panen. Nah, bibit ini bisa di bawah seratus hari sudah panen,” ujarnya.
Keunggulan lain bibit temuan Sutikno adalah tinggi batang sedang, agak besar, tidak mudah roboh walaupun diterjang angin dan hujan, dan memiliki malai lebih panjang. Selain itu, satu bibit padi bisa beranak antara 15 sampai 25 tanaman
Yang lebih menarik lagi, tanaman padi ini juga bisa menghasilkan panen berlipat-lipat dibanding bibit padi konvensional. ”Dalam satu hektare tanaman, rata-rata bisa menghasilkan 16 ton padi. Padahal umumnya, dalam satu hektar hanya 4,5 ton. Kalau hibrida bisa 8 sampai 11 ton,” sebutnya.
Merasa bibit temuannya cukup unggul dan banyak bermanfaat bagi peningkatan ekonomi para petani, dalam perkembangannya, Sutikno, terus melakukan percobaan terhadap bibit padi yang lainnya.
Kali ini, dia mencoba mengawinkan bibit tanaman padi dari Cilacap dan IR 64 Prima, selain itu juga mengawinkan bibit tanaman padi dari Kalimantan Timur, dan Bengkulu. Hasilnya juga cukup mengembirakan. Kualitas dan keunggulan bibit hasil perkawinan silang tersebut, ternyata juga sama dengan padi lokal IR dan Ceheran. ”Sementara, tiga produk bibit ini yang sudah beredar dan ditanam oleh banyak petani, tepatnya mulai banyak dikenal sejak 2007″ ujarnya.
Bagaimana dengan enam bibit lainnya? Dia mengakui, enam jenis bibit padi temuannya yang sementara diberi inisial STIK 205, STIK 171, STIK 191, STIK 141, STIK 131 dan STIK 121, masih dalam taraf pembenahan dan belum siap dijual kepada para petani. ”Istilahnya masih perlu pemurnian lagi,” tandasnya.
Ada dua cara mengawinkan tanaman padi yang menghasilkan bibit unggul tersebut. Yakni secara paksa dan alami. Teknis perkawinan paksa dilakukan dengan cara menyinari padi dengan kaca fokus, tepatnya dua hari setelah malai tanaman padi tumbuh. ”Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit padi yang akan kita kawinkan langsung kita tabur,” jelasnya.
Sedang cara yang kedua, yaitu mengawinkan secara alami, yaitu menunggu sampai tanaman padi membuka kelopaknya. Hal ini, biasanya terjadi antara pukul 09.00 sampai 11.00. Sehingga ketika menempuh cara kedua ini, dia harus cermat dan telaten menunggu di sawah mulai pukul 09.00 sampai 11.00. ”Begitu kelopak padi membuka, putik sari bibit yang akan kita kawinkan langsung ditabur,” jelentreh Sutikno.
Sayangnya, keberhasilan Sutikno, menemukan varietas padi made in Bangorejo tersebut kurang diimbangi dengan perhatian pemerintah. Terbukti sampai saat ini, temuannya belum mendapatkan hak paten. Padahal, bibit tanaman padi tersebut, sudah banyak dimanfaatkan oleh para petani di Jawa Tengah, Sulawesi, Kalimantan, serta berbagai kota lain di Indonesia. ”Mau ngurus hak paten kok rasanya sulit banget gitu. Saya sendiri heran mengapa kok begitu sulitnya mendapatkan hak paten,” kata Sutikno.
Sementara itu, anggota DPR RI asal Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Abdullah Azwar Anas, yang ikut juga berkunjung dan berdialog dengan para petani, mengaku cukup bangga dengan penemuan bibit unggul oleh para petani. Sayangnya, temuan yang sangat luar biasa itu, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kurang banyak diketahui oleh pihak luar. ”Inilah pentingnya mengenalkan produk lokal ke daerah lain bahkan ke luar negeri. Mudah-mudahan suatu saat ada even pameran pertanian nasional dan bisa diikutsertakan. Kita siap memfasilitasi,” ujarnya.
Keteladanan yang ada pada Bp. Sutikno
Berawal dari minatnya di bidang pertanian, Bp.Sutikno terinspirasi dengan kualitas padi ekspor yang hasil panennya 2 kali lipat dibanding padi lokal. Mulailah memikirkan sebuah inovasi yaitu holtikultura kawin silang pada tanaman padi. Bibit yang awal disilangkan adalah jenis IR dan Ceheran, dan hasilnya berlipat kali ganda. Dari jumlah butir padi pada tiap tangkainya sampai percepatan umur padi siap panen dibawah seratus hari. Dan Bp.Sutikno terus melakukan persilangan-persilangan dengan berbagai varietas jenis padi. Tetapi hasil usaha tersebut tidak diimbangi dengan dukungan pemerintah dalam mengurus hak paten. Tapi Bp.Sutikno tidak menyerah untuk meperjuangkan karyanya. Keteladanan yang saya ambil dari sosok Bp.Sutikno adalah semangat untuk berjuang mengatasi keterbasan dan berani melakukan percobaan-percobaan walau kita tahu resiko waktu, usaha dan uang cukup banyak. Tetapi buah yang enak adalah buah yang matang. Sehingga hasil yang kita petik itulah hal termanis setelah melakukan usaha keras.
Perwujudan dalam kehidupan saya
Langkah kiat saya dalam mewujudkan mimpi saya di bidang pertanian, yaitu sebuah inovasi, usaha, dukungan sekitar, media penyaluran dan doa. Sebuah inovasi, saya lebih memikirkan untuk mengembangkan apa yang sudah ada di sekitar saya ataupun dalam diri saya. Seperti melakukan percobaan persilangan bunga Mawar agar menghasilkan warna kombinasi dan mengolah sawah yang sudah ada menjadi laboratorium percobaan penanaman benih padi unggul. Walau dalam benak hati saya, ingin menemukan sebuah benih varietas unggul ataupun tehnik budidaya tanaman yang baru.
Usaha, saya berusaha mencari informasi baik dari buku, internet, dosen, dan beberapa petani. Karena bagi saya pengetahuan mahal harganya dan apabila kita berusaha mencari sebuah jawaban dari pertanyaan hidup kita, jika dilakukan dengan senang tanpa beban dan rasa berani mencoba. Maka kelak aku akan menemukan jawaban dari semua jerih lelahku semuanya terasa sangat manis pada akhirnya. Karena perinsipku jangan tunggu seseorang melakukan sesuatu hal untuk kita, tetapi kalau bisa kita duluan yang melakukan hal tersebut sebelumnya.
Dukungan sekitar, seperti: keluarga, teman, rekan kerja dsb. Karena saya hidup tidak sendiri, sehingga perlu ilmu dari orang lain yang pernah maupun sedang terlibat di bidang yang saya pelajari saat ini. Secara tidak langsung berperan penting dalam memberikan dorongan motivasi dan pengalaman. Terlebih hubungan dalam dunia kerja untuk kedepannya. Karena salah satu faktor ini membuat saya sukses dan mendapatkan lapangan kerja yang layak. Baik menjadi pegawai atau pemilik usaha.
Media penyaluran, saat ini saya masih berangan-angan dalam suatu kerja di Laboratorium. Dimana saya bisa bereksperimen menyilangkan berbagai varietas jenis tanaman dengan bebas dan leluasa, tapi masih dalam prosedur. Mungkin angan-angan seperti ini akan segera terwujud dengan pembelajaranku di Fakultas Pertanian dan Bisnis.
Doa, hubungan kita terhadap Tuhan sangatlah harus kental. Karena jika inovasi dan usaha sudah belum maksimal, masih perlu sebuah iman untuk membuat itu semuanya menjadi nyata.
Semuanya aku awali dengan langkah nyata sekarang. Dengan kuliah sungguh-sungguh untuk mencari ilmu, membuat orang tua yang mefasilitasi menjadi senang akan prestasiku dan mempertahankan hubungan dengan rekan-rekan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Sutikno. 2009. http:/www. Sutikno, Penemu Sembilan Varietas Padi Unggul Made In Bangorejo _ BLAMBANGAN News.htm. diambil 14 Oktober
No comments:
Post a Comment