Pengantar Ilmu Pertanian -- Pengenalan Jagung Hibrida


Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. Maka dari situ kami akan membantu dalam teknis budidaya tanamannya supaya hasilnya lebih optimal.
Syarat tumbuh jagung hibrida, curah hujan ideal 85-200mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembuangan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan asinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23-30 C. Jagung tidak memrlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pemebentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 mdpl.
Pengolahan media tanam, dimulai dari tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Dicangkul dengan kedalaman 15-10cm, kemudian diratakan. Pembentukan bedengan setiap 3 meter dibuat saluran drainase dengan lebar 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm di sepanjang tanaman. Pemupukan dengan Urea, TSP dan KCl saat pemeliharaan sesuai dosis.
Berbagai teknik penanaman seperti : tumpang sari, tumpang gilir, tanaman bersisipan, dan tanaman campuran. Pembuatan lubang tanam dengan kedalaman 3-5cm dengan diisi 1 biji benih. 
Ciri jagung yang siap panen apabila sudah berumur 86-96 hari, tongkol mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji keras dan apabila ditekan tidak membekas 
Kendala Budidaya Jagung Hibrida
Berbagai kendala dalam pembudidayaan jagung hibrida, baik faktor alam, hama, penyakit maupun dari sumber daya manusia. Contoh hama :
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
Kemudian jenis-jenis penyakit jagung hibrida
Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.



Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.
Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
Adapun faktor kendala lain yaitu perubahan iklim yang tidak menentu, mahalnya harga pupuk, dan cara bertanam petani yang masih tradisional.
Analisis Ekonomi Budidaya Jagung Hibrida
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya dengan luas lahan penanaman 1 ha, jenis jagung Hibrida C1 pada tahun 1999 per musim tanam (3 bulan) di daerah Jawa Barat:
Biaya produksi
Sewa 1 hektar per musim tanam Rp. 375.000,-
Bibit: benih jagung 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
Pupuk
-Urea: 300 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 450.000,-
-SP 36: 100 kg @ Rp.1.900,- Rp. 190.000,-
-KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 82.500,- 
Pestisida
- Insektisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,- 
Tenaga kerja
- Pengolahan lahan Rp. 450.000,-
- Penanaman: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,- 
- Penyiangan dan pembumbunan (borongan) Rp. 50.000,-
- Pemupukan: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-
Pemeliharaan lain Rp. 50.000,-
Panen
Biaya lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.697.500,-
Pendapatan: 5.500 kg.@ Rp. 650,- Rp. 3.575.000,-
Keuntungan bersih Rp. 877.500,-
Parameter kelayakan usaha
Rasio B/C 1,325
Gambaran Peluang Agribisnis
Berdasarkan statistik yang ada permintaan produk jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya sudah cukup besar terutama dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang sedang berkembang dewasa ini.
STANDAR PRODUKSI
Ruang Lingkup, Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
 Diskripsi, Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995.
Klasifikasi dan Standar Mutu, Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning (bila sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning), jagung putih (bila sekurang-kurangnya bijinya berwarna putih) dan jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor HS dan SITC berdasarkan penggunaannya yaitu jagung benih dan non benih.
Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.

Syarat Khusus
Kadar air maksimum (%): mutu I=14; mutu II=14; mutu III=15; mutu IV=17.
Butir rusak maksimum (%): mutu I=2; mutu II=4; mutu III=6; mutu IV=8.
Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=7; mutu IV=10.
Butir pecah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3; mutu IV=3.
Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=1; mutu III=2; mutu IV=2.
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya:
Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %
Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic atau "Air Oven Methode" (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami "handling" baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
Tanggapan saya mengenai jagung hibrida.
Jagung hibrida adalah salah satu bahan pangan yang berpotensi besar di Indonesia. Dengan kemajuan teknologi di bidang pertanian, Indonesia sehingga mampu membuat varietas asli(lokal) yang tidak kalah saing dengan produk impor. Pengembangan varietas jagung hibrida yang melalui penelitian-penelitian dari para petani, perusahaan benih dan peneliti jagung hibrida sehingga memunculkan berbagai varietas seperti: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin, Bima, Metro, Pandu dan sebagainya. 
Dari segi pengembangan kita patut berbangga tapi di lain pihak ada yang patut kita soroti lebih kristis yaitu kendala-kendala dalam pembudidayaan jagung hibrida. Kendala secara langsung saat penanaman yaitu tentang adanya hama merugikan seperti Lalat bibit dan Ulat pemotong. Dari segi penyakitnya, seperti :Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut), Penyakit karat (Rust), Penyakit bercak daun (Leaf bligh), Penyakit bulai (Downy mildew), Penyakit busuk tongkol dan busuk biji. Mayoritas penyakit ditimbulkan karena cendawan oleh berbagai mikroba dan jamur. Hal ini menyebabkan pengurangan hasil panen yang sudah diperkirakan. Selain dari hama dan penyakit ada juga faktor kendala pembudidayaan jagung hibrida. Iklim yang berubah-ubah sehingga mempengaruhi proses pertumbuhan jagung. Faktor sumber daya manusia yang belum mengetahui secara menyeluruh tentang pembudidayaan tanaman jagung sehingga tidak memperoleh hasil panen yang diharapkan karena pemakaian pupuk dan petisida yang tidak teratur, pola penanaman yang asal-asalan dan perawatan yang tidak teratur. Di sisi lain harga benih jagung hibrida kurang stabil dan biasanya mendekati kata mahal. Karena kurangnya dukungan dari pemerintah dalam hal subsidi. Serta perilaku para pengusaha benih yang ingin mendapat untung yang besar tanpa memikirkan kualitas.
Prospek bisnis jagung hibrida, sangat menjanjikan. Karena biaya produksi yang sedikit, sedangkan hasil panen banyak. Dengan varietas unggul dan harga yang bersaing di pasaran. Membuat bisnis jagung sangat diminati oleh berbagai pengusaha pertanian dan olahan makanan. Bahkan di Jember dan Sulawesi ada perusahaan dari luar negeri menanamkan modal besar, karena dirasa sangat menarik dan menguntungkan. Walau dari segi petani gurem kadang banyak mengalami kendala dalam bisnis. Karena ulah tengkulak nakal yang memberi hasil panen dengan harga rendah. Meski begitu banyak keuntungan dari Jagung hibrida ini, ada 3 hal yang dapat saya simpulkan:
1. Pengembangan Jagung Hibrida yang dilakukan oleh anak negeri, merupakan salah satu indikator kemajuan bangsa dibidang pertanian dan ketahanan pangan.
2. Setiap kendala dalam pembudidayaan jagung hibrida, membuat kami selaku mahasiswa progam sarjana Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW merasa tertantang untuk meneliti dan memberikan solusi tepat sesuai prinsip ilmu.
3. Prospek bisnis mengenai jagung hibrida, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak-pihak terkait. Karena semua tergantung dari pelaku bisnis yang terlibat, pasang surutnya harga jual, wadah penjualan dan konsumen.
Perubahan selalu diawali dari diri kita terlebih dahulu dalam hal mengolah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Apabila kita olah dengan baik maka membuat kita menjadi seorang yang hebat dalam hal penguasaan diri. Seperti halnya pembudidayaan jagung hibrida, kita tidak bisa memaksa pihak lain untuk melakukan sesuatu untuk kita, tapi kita terlebih dahulu melakukan yang terbaik untuk mereka.

Daftar Pustaka
www.jagunghibrida.blogspot.com
www.indonesiaindonesia.com-BanyakKendalaBudidayaJagungHibrida
www.tanindo.com-budidayajagunghibrida
www.saungtani.com-perkembangan-jagung-hibrida-badan-litbang-pertanian




1 comment: